LAPORAN PRAKTIKUM
PENANGANAN IKAN UNTUK TUJUAN EKSPOR DI UD. BERINGIN JAYA,
KELURAHAN WATDEK, KECAMATAN KEI KECIL,
KABUPATEN MALUKU TENGGARA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, kasih dan
tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum
“Penanganan Ikan untuk Tujuan Ekspor di UD. Beringin Jaya, Kelurahan Watdek,
Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Penulis sangat menyadari bahwa
terselesaikannya penulisan ini karena dorongan dan bantuan dari berbagai pihak
maka pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak
D. Ngabalin, S.Pi. M.Si, selaku dosen mata kuliah Penanganan Hasil Perikanan yang
telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan laporan praktikum ini.
2. Keluarga
yang tersayang dan teman - teman terkasih yang telah membantu dalam baik berupa
moril dan materiil kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini tepat waktu.
Penulis sadari sungguh bahwa laporan
praktikum ini masih belum sempurna sehingga penulis mengharapkan masukan
positif baik berupa kritik dan saran dari para pembaca sekalian.
Akhirnya, semoga laporan praktikum ini
dapat bermanfaat bagi mahasiswa THP Semester III, dan para pembaca sekalian.
Langgur,
14 Februari 2013
Penulis
|
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
|
i
|
KATA PENGANTAR
............................................................................
|
ii
|
DAFTAR ISI
...........................................................................................
|
iii
|
BAB I PENDAHULUAN
|
|
1.1.
Latar Belakang
.................................................................
|
1
|
1.2.
Tujuan Praktikum
..........................................................
|
1
|
1.3.
Manfaat Praktikum
.........................................................
|
2
|
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
2.1. Perubahan-Perubahan
yang Terjadi Setelah Ikan Mati.
|
3
|
BAB III METODOLOGI
|
|
3.1.
Tempat dan Waktu Praktikum ....................................
|
5
|
3.2.
Metode Pengumpulan Data ...........................................
|
5
|
3.3.
Alat dan Bahan ................................................................
|
5
|
3.4.
Prosedur Kerja ..................................................................
|
5
|
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
4.1. Gambaran Umum Perusahaan UD. Beringin Jaya
|
7
|
4.2. Sarana dan Prasarana Penanganan Ikan ...............
|
7
|
4.3. Proses Produksi Penanganan Ikan tujuan
Ekspor ..
|
9
|
BAB
V PENUTUP
|
|
5.1.
Kesimpulan
.....................................................................
|
12
|
5.2.
Saran
..................................................................................
|
12
|
DAFTAR PUSTAKA
|
|
LAMPIRAN
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri makanan hasil laut
sangat beragam, bergantung pada jenis panen, teknik penangkapan ikan, jenis
produk, volume produksi, dan lokasinya. Selain itu, sifat makanan hasil laut
membuat produk tersebut rentan terhadap berbagai risiko yang terbawa oleh
makanan. Mutu produk perikanan dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Seperti spesies, ukuran, jenis kelamin, komposisi, penanganan
telur, keberadaan parasit, racun, kontaminasi polutan, dan kondisi
pembudidayaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mutu
intrinsik.
Sifat-sifat biokimia daging ikan,
seperti rendahnya kadar kolagen, relatif tingginya kadar lemak tak jenuh serta
komposisi nitrogen terurai yang mempengaruhi otolisis, perkembangbiakan mikroba
yang sangat cepat, dan pembusukan. Ikan berlemak seperti sarden dan haring
membusuk lebih cepat dibandingkan ikan yang tidak berlemak. Ikan-ikan kecil
yang diberi pakan terlalu banyak sebelum penangkapan dapat mengalami pelunakan
jaringan daging dan dapat menjadi mudah rusak setelah ikan mati akibat
otolisis. Ikan-ikan berukuran lebih besar memiliki daya jual dan nilai yang
lebih tinggi karena memiliki lebih banyak bagian yang dapat dimakan dan tahan
lebih lama. Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi mutu ikan tangkapan
antara lain, lokasi tangkapan, musim, metode penangkapan (jaring insang, tali
tangan (handline), tali panjang (longline)), atau perangkap, dan
lain sebagainya. Penanganan ikan di atas kapal, kondisi kebersihan kapal
penangkap ikan, pemrosesan, dan kondisi penyimpanan. Pengembangan produk
perikanan bermutu tinggi dimulai dengan pertimbangan kondisi hewan tersebut di
dalam air, dampak stres lingkungan, kekurangan nutrisi, atau
perubahan-perubahan iklim pada mutu intrinsik dan pengaruh metode penangkapan
dalam keadaan yang alamiah.
Penanganan yang baik akan
mempengaruhi proses tahapan mutu ikan yang akan diterima oleh konsumen akhir,
sedangkan penanganan ikan yang buruk menyebabkan penurunan mutu produk yang
akan mempengaruhi terjadinya pembusukan yang lebih cepat akibat faktor - faktor
di atas.
1.2. Tujuan
Praktikum
Tujuan
praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui tentang penanganan ikan untuk
tujuan ekspor yang dilakukan oleh UD. Beringin Jaya.
1.3. Manfaat Praktikum
Kegiatan
praktikum yang dilakukan oleh mata kuliah Penanganan Hasil Perikanan memiliki
manfaat yaitu :
1. Mahasiswa
mampu melakukan interaksi yang baik dengan pelaku usaha perikanan.
2. Mahasiswa
dapat memahami proses kerja penanganan ikan untuk tujuan ekspor.
3. Mahasiswa
dapat mendeskripsikan hasil praktikum dalam sebuah penulisan yang sistematis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perubahan-Perubahan yang Terjadi
Setelah Ikan Mati
Beberapa reaksi yang terjadi pada
tubuh ikan setelah ikan mati adalah:
2.1.1. Aksi Protease Otot
Perubahan-perubahan yang terjadi
pada otot ikan sebagai akibat dari reaksi tersebut dapat memberikan kondisi
yang menguntungkan bagi perkembangan bakteri. Namun, reaksi-reaksi tersebut
sendiri tidak menimbulkan kerusakan otot yang signifikan. Meskipun demikian,
reaksi otolisis dapat mendorong terinvasinya otot oleh organisme-organisme yang
terdapat di usus. Penanganan yang kasar dapat merusak struktur sel yang
menyebabkan terlepasnya enzim-enzim otolisis termasuk protease, yang mempercepat
pembusukan. Salah satu dampak yang paling merugikan dari proteolysis otolisis
adalah meletusnya perut ikan-ikan laut dalam seperti haring dan caplin.
2.1.2.Oksidasi Lemak
Oksidasi lemak cenderung terjadi
pada saat penyimpanan beku (frozen storage) dibandingkan dengan
penyimpanan dingin (chill storage) (0 hingga 2°C), dan dapat berkaitan
dengan enzim maupun non-enzim. Enzim-enzim seperti lipoxygenase, perixodase,
dan enzim-enzim mikrosomal dari jaringan otot hewan kemungkinan besar dapat
memulai peroksidasi lemak yang menghasilkan hidroperoksida. Terpisahnya
hidroperoksida menjadi aldehyde, ketone, dan alcohol menyebabkan
berubahnya rasa. lemak ikan, yang kaya akan asam lemak tak jenuh ganda n-3,
rentan terhadap oksidasi.
2.2.3.Pembusukan oleh Mikroba
Pada saat penangkapan, otot ikan
steril, tetapi segera terkontaminasi oleh bakteri-bakteri permukaan tubuh ikan
dan bakteri-bakteri usus, dan bakteri-bakteri yang berasal dari air, peralatan,
dan manusia selama penanganan dan pemrosesan.
Pada air yang terpolusi, mungkin
ditemukan sejumlah besar Enterobacteriaceae. Terjadi perubahan jenis bakteria
selama penyimpanan dingin. Setelah penyimpanan selama satu hingga dua minggu
bakteri Pseudomonas 4 dan Shewanella spp. yang bersifat
psikotropis mendominasi. Pada suhu penyimpanan yang lebih tinggi, misalnya
20°C, mikroflora, yang pada akhirnya tumbuh pada produk, bersifat mesofilis,
termasuk Bacillus dan Micrococcus spp.
2.2.4.Perubahan Rasa
Segera setelah penangkapan,
produk dianggap masih memiliki karakteristik aslinya. Namun, sedikitnya jumlah
volatil tidak serta merta dapat dihubungkan dengan kesegaran ikan sebagaimana
anggapan pelanggan, karena makan makanan berkualitas merupakan pengalaman yang
bersifat subyektif. Selama penyimpanan, aksi enzim endogen dalam jaringan ikan
yang telah mati mengakibatkan perubahan rasa.
2.2.5.Perubahan Tekstur
Perubahan tekstur daging ikan
terjadi terutama karena berubahnya jaringan penghubung oleh protease endogen.
Pelunakan dan pelembutan daging dikaitkan dengan hilangnya piringan-piringan Z
pada sel otot dengan terlepasnya α-actinin, pemisahan actomyosin kompleks,
penghancuran dan denaturisasi total jaringan penghubung.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan
Waktu Praktikum
Kegiatan
praktikum lapangan mata kuliah “Penanganan Hasil Perikanan” dilaksanakan pada
hari Senin, tanggal 11 Februari 2013, berlokasi di UD. Beringin Jaya, Kelurahan
Watdek, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara.
3.2. Metode
Pengumpulan Data
a.
Observasi : yakni
pengamatan langsung terhadap objek praktikum. Observasi merupakan langkah awal
penulis untuk mengetahui keseluruhan dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
pihak perusahaan dalam hal penanganan hasil perikanan.
b.
Wawancara ; yakni
metode tanya jawab atau interview dengan pihak informan yang dianggap memiliki
dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Hal
ini diharapkan dapat memperoleh informasi secara jelas dan mendalam judul pada
laporan praktikum.
c.
Dokumentasi
dilakukan untuk memperkuat kegiatan praktek lapangan maka penulis mengambil
beberapa gambar sebagai bahan dokumentasi kegiatan.
3.3. Alat dan Bahan
Kegiatan
praktikum yang dilaksanakan di UD. Beringin Jaya adalah kegiatan pengamatan,
wawancara dan dokumentasi sehingga peralatan yang digunakan adalah buku tulis,
pena, dan kamera digital.
3.4. Prosedur Kerja
1. Mahasiswa
mendatangi lokasi usaha penanganan ikan segar yaitu di UD. Beringin Jaya, yang
terletak di Kelurahan Watdek, Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara.
2. Mahasiswa
diajak untuk melihat atau melakukan pengamatan terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh para tenaga kerja di lokasi usaa terkait dengan penanganan ikan
segar.
3. Mahasiswa
melakukan tanya jawab dan dokumentasi guna mendukung data yang telah diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Perusahaan UD. Beringin Jaya
4.1.1 Letak Perusahaan
UD.
Beringin Jaya terletak di Kelurahan Ohoijang Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten
Maluku Tenggara, dengan luas area 25,5 Ha dan luas bangunan 252 m2.
Batas - batas wilayah perusahaan adalah sebagai berikut : Sebelah utara
berbatasan dengan Ohoi Watdek, sebelah timur berbatasan dengan Desa Taar,
sebelah selatan berbatasan dengan Ohoijang, dan sebelah barat berbatasan dengan
Ohoi Watdek.
4.1.2.Pembagian Tenaga Kerja Berdasarkan Umur
Tenaga
kerja pada perusahaan merupakan pendukung dan sangat berperan penting dalam
melaksanakan kegiatan produksi. Tenaga kerja pada UD. Beringin Jaya berjumlah
23 orang, dengan perincian jumlah tenaga kerja laki-laki 16 orang dan perempuan
6 orang.
1.
Umur
Umur
merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam kematangan karyawan dalam
melaksanakan tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Untuk lebih jelasnya
kelompok umur karyawan pada UD. Beringin Jaya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Tingkat umur karyawan pada UD. Beringin Jaya
No
|
Kelompok
Umur (Tahun)
|
Staf
(Orang)
|
Karyawan
(Orang)
|
Jumlah
(Orang)
|
|
Tetap
|
Harian
|
||||
1.
|
21
- 29
|
2
|
1
|
8
|
11
|
2.
|
30
- 49
|
5
|
5
|
-
|
10
|
3.
|
50
- 69
|
-
|
-
|
2
|
2
|
|
|
|
|
23
|
Sumber : Data Administrasi UD. Beringin
Jaya Tual (2012)
4.2. Sarana dan
Prasarana Penanganan Ikan
Kegiatan
penanganan ikan diperlukan sarana dan prasarana yang lengkap, baik itu sarana
utama maupun sarana penunjang meliputi fasilitas bangunan fisik, fasilitas
peralatan dan fasilitas penunjang.
4.2.1. Fasilitas Bangunan Fisik
Adapun
fasilitas bangunan fisik penunjang proses produksi pada UD. Beringin Jaya,
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
2. Fasilitas Bangunan Fisik UD. Beringin Jaya
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
Satuan
|
Kegunaan
|
1
|
Ruang processing
|
1
|
Unit
|
Bangunan ini merupakan tempat
kegiatan produksi berlangsung
|
2
|
Ruang ABF
|
1
|
Unit
|
Sebagai tempat pembekuan
|
3
|
Ruang cold storage
|
1
|
Unit
|
Sebagai tempat pendinginan ikan
sampai waktu ekspor
|
4
|
Ruang karyawan
|
1
|
Unit
|
Sebagai tempat istirahat bagi
karyawan
|
5
|
Dermaga
|
1
|
Unit
|
Berfungsi sebagai tempat berlabuhnya
kapal dan speed boat
|
6
|
Kapal
|
4
|
Buah
|
Sarana transportasi laut untuk
penangkapan dan kepentingan perusahaan (ke-giatan ekspor dan penangkapan
ikan)
|
7
|
Mobil truk
|
1
|
Buah
|
Sebagai alat transportasi darat untuk
mengangkut ikan.
|
4.2.2.Fasilitas Peralatan
Fasilitas
peralatan yang terdapat pada UD. Beringin Jaya yaitu :
a. Meja
sortir, berfungsi sebagai tempat penerimaan dan penyortiran bahan baku.
b. Keranjang,
berfungsi untuk menaruh bahan baku (ikan)
c. Timbangan,
berfungsi untuk mengukur berat ikan dengan kapasitas 6 ons sampai dengan 100 Kg
d. Bak
plastik, berfungsi sebagai penaruh bahan baku (ikan)
e. Meja
Proses, berfungsi untuk menaruh hasil perikanan yang akan diproses
f. Pan
dan rak, berfungsi sebagai wadah untuk menaruh ikan untuk selanjutnya dimasukan
ke dalam ruang pembekuan
g. Sarung
tangan, sepatu jengel boat, baju kerja yang berfungsi sebagai atribut dan
pelindung tubuh yang digunakan karyawan dalam bekerja
h. Plastik
vakum, karton dan karung plastik berfungsi untuk membungkus ikan.
i. Perlengkapan
menulis (buku, pena dan spidol), berfungsi sebagai perlengkapan yang digunakan
dalam penulisan kode pada karton dan karung.
4.3. Proses Produksi
Penanganan Ikan tujuan Ekspor
Adapun
tahap-tahap penanganan ikan beku adalah sebagai berikut :
|
Keterangan penjelasan prosedur kerja :
1.
Pembongkaran muatan, proses
pembongkaran dilakukan di kapal kemudian ikan yang telah beku dibawah
menggunakan box ke ruang proses.
2.
Penerimaan bahan baku, ikan yang dibeli
didatangkan melalui pintu penerimaan bahan baku yang disediakan dalam ruang
proses.
3.
Penyortiran I berdasarkan mutu, ikan
yang bermutu A akan dipisahkan dengan yang bermutu B dan dimasukan pada
keranjang yang telah disediakan.
4.
Penimbangan pertama pun dilakukan
bertujuan untuk mengetahui berat awal ikan sebelum diproses. Penimbangan
dilakukan menggunakan timbangan digital yang secara periodik dikalibrasi
tingkat akurasinya.
5.
Chilling
atau perendaman dengan larutan es, yaitu ikan yang selesai ditimbang kemudian
dimasukan dalam bak perendaman yang telah diberi air dan es. Hal ini bertujuan
agar kesegaran ikan tetap terjaga sebelum masuk dalam proses produksi agar ikan
tidak mengalami penurunan mutu saat kegiatan berlangsung yang sekaligus
digunakan untuk membersihkan ikan dari kotoran.
6.
Penyortiran II, ikan yang telah
direndam kemudian dikeluarkan dan bak penampung yang selanjutnya disortir
berdasarkan ukuran (size) ikan.
7.
Penimbangan II, hasil sortiran kedua
selanjutnya masuk dalam proses penimbangan kedua, kegiatan ini bertujuan agar
dapat mengetahui berat ikan setelah direndam dalam bak.
8.
Penyusunan dalam pan, kegiatan
penyusunan dilakukan berdasarkan ukuran (size)
ikan. Tiap satu pan memiliki berat 10 Kg.
9.
Proses pembekuan (freezing), setelah ikan disusun dalam pan kemudian diberi label dan
selanjutnya dimasukan dalam ruang ABF (air
blast freezer) dengan suhu pembekuan -20°C selama 6 jam.
10. Packing dan
label, ikan dikeluarkan dari ruang ABF kemudian dibawah ke ruang packing. Ikan dikeluarkan dan pan dan
selanjutnya melakukan tahap glazing,
hal ini bertujuan agar ikan tidak mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) pada
saat penyimpanan selain itu juga mengeluarkan butiran es yang masih menempel.
Setelah itu ikan dikemas dalam plastik dan master carton sesuai ukuran dan
mutunya masing-masing berat bersih packing
10 Kg per master carton dan selanjutaya diikat menggunakan mesin dan tali
plastik yang dinamakan tahap strapping.
Label menerangkan kode produksi, spesifikasi produk, mutu, ukuran, tanggal
produksi dan petunjuk penggunaan.
11. Penyimpanan
ke cold storage, ini merupakan tahap
akhir dari proses produksi ikan beku. Dimana ikan-ikan yang telah dipacking,
disimpan dengan suhu penyimpanan -25°C. Penyimpanan produk di cold storage dipisahkan berdasarkan mutu
dan ukuran dan penyusunan master carton memungkinkan adanya sirkulasi udara dan
penyimpanan tidak melebihi daya tampung. Penyimpanan dalam cold storage menggunakan sistem FIFO (first in first out). Tahap akhir adalah pencatatan terhadap
produk/barang yang masuk dalan cold
storage. Produk disimpan sampai adanya permintaan.
12. Kegiatan
akhir adalah ekspor. Kegiatan ini dilakukan jika ada pemesanan dari para konsumen.
Umumnya konsumen berasal dari Jakarta, Surabaya, Makassar, Malaysia, Brunai
Darusalam, China dan Thailand.
BAB V.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang telah dibahas di atas maka dapat disimpulkan bahwa sarana prasarana
yang dimiliki dalam penanganan ikan untuk tujuan ekspor oleh UD. Beringin Jaya
dapat dikatakan lengkap, sedangkan tahapan penanganan ikan yang dilakukan
adalah tahap pembongkaran muatan, penerimaan bahan baku, penyortiran I
berdasarkan mutu, penimbangan pertama, chilling
atau perendaman dengan larutan es, penyortiran II, penimbangan II, penyusunan
dalam pan, proses pembekuan (freezing),
packing dan label, penyimpanan ke cold storage dan ekspor.
5.2. Saran
Penulis
berharap agar dapat dilakukan kembali pengambilan data pada beberapa perusahaan
sejenis agar dapat dilakukan perbandingan antara perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto
E., dan Evi Liviawaty. 1993. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Dahuri, R. 2010. Potensi
Sumber Daya Perikanan Indonesia.
Zulkarnain.
2012. Jenis Produksi pada UD. Beringin Jaya Tual.
Lampiran
1.
Pencucian ikan dalam larutan es Pembersihan sisik
Penimbangan Ikan Pencucian dan
pembersihan ikan
Penyusunan dalam cold box Ikan yang telah dikemas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar